Only You
Chapter 3
Aku sangat kaget saat aku sadar telah
berada dalam keadaan dipeluk oleh Kenta.Heran?
Tentu saja. Kenta yang aku kenal sebagai sosok ang sangat pemarah dan sangat
menyebalkan untuknya menjadi sosok yang sangat hangat.
Kenta melepas pelukannya. Aku melihat
Kenta dengan wajah yang memerah dan berkaca-kaca. Anak laki-laki pengacau
seperti itu?? Sungguh tidak bisa dipercaya.
“Yak, Kenta……” kataku dengan lirih. Kentapun menengok.
“Aku akan pergi,” lanjutku lagi.
“Iya aku sudah tau,” jawab Kenta.
“Aku, aku kesini untuk mengatakan sesuatu,” kataku.
“Ngg?? Apa itu?” Tanya Kenta.
“Tolong jaga Icchi. Jangan ganggu dia lagi saaat aku pergi. Tolong,”
harapku kepada
Kenta.
“Bahkan kamu masih khawatir dengan Icchi ya? Bagaimana denganku?”
“Nggg??”
Dan tiba-tiba kenta mencium pipiku. Lalu berbisik, “Aku akan
menjaganya,” lalu langsung melambaikan salah satu tangannya dan langsung pergi
ke dalam rumahnya.
Apa yang terjadi barusan? Batinku sambil melangkah menuju rumahnya.
***
Hari ini Aku akan segera pergi
ke Tokyo. Ran dan Icchi mengantar
kepergianku. Mereka mengunjungi rumahku. Setelah aku masuk mobil, Terlihat Kenta
terburu-buru menuju mobilku. Aku-pun segera keluar dari mobil. Setelah sampai dihadapanku,
Ku lihat Kenta merogoh sakunya. Sesaat kemudian. Telah digenggamnya. Sebuah
gantungan kunci berbentuk jam pasir. Dan terikat sebuah kartu kecil di
gantungan kunci itu. Ia memberikanya kepadaku. Aku-pun segera berkata “Terima
kasih, Kenta. Kenta,……… Sampai jumpa”
Kenta-pun hanya diam saja. Ia
hanya terus memandang mobilku yang terus melaju menjauhinya.
Di kartu yang diberikan kenta
ada tulisan
Miko, ingat. Aku akan merindukanmu. Aku tidak akan lupa denganmu. Ada
hal yang belum aku katakan. Aku berjanji pasti akan mengatakannya… oh iya,
simpan jam pasir ini baik-baik.
Kenta
***
Setelah 5 tahun dari kepergianku
.
Hai
Miko? Apa kabarmu?
Aku,
Icchi, dan Kenta baik-baik saja. Oh iya. Kapan kamu mau kembali? mulai minggu
besok sekolah di Tokyo sudah libur musim panas, kan? Bagaimana kalau kamu berlibur
kemari? Sayangnya libur musim panas di sini masih 3 minggu lagi.Oh ya, Icchi
yang dulu penakut, sekarang sudah mempunyai sebuah keberanian. Kenta juga sekarang
sangat berprestasi di bidang olahraga dan karate loh…….
Ran
***
Aku membaca surat dari Ran. Dan karena
itu. Minggu ini aku akan ke sana. Ke kotaku yang dulu. Aku kesana sendirian.
Menaiki kereta api. Belum ada yang tahu kalau Aku pulang selain Paman dan
Bibiku di sana. Aku memang merahasiakannya dari Ran, Kenta, dan Icchi.
“fu…………” aku menghembuskan nafas
sedikit saat aku sampai di sebuah taman yang biasanya aku kunjungi waktu
tinggal disini.
“Miko??” kata seorang anak
laki-laki yang wajahnya tertutup topi.
“Ngg?!”
“Kamu, Miko?” Tanya anak itu.
“Bu, bukan…” jawab Miko. “kamu
siapa?” Tanyaku.
“Aku, maaf. Aku kira kamu Miko.
Anak itu, sampai sekarang aku masih
memikirkannya. Harusnya dulu saat dia belum ke Tokyo aku mengatakan kalau aku
….” Belum selesai berbicara anak itu sudah dipanggil temannya yang sedang ada
di lapangan taman itu. Nampaknya mereka sedang bermain bola.
Dia mengenaliku. Siapa dia? Yang
terbesit di pikiranku hanya Icchi. Mungkinkah dia itu Icchi??
***
“Paman!!”
“Miko, miko!! Wah! Keponakan
paman sudah menjadi gadis!” kata paman.
“Miko, sini bibi bantu membawa
tasmu,” tawar bibi.
“Bibi, terimakasih,” jawabku.
Bibi dan Pamanku lalu mengajakku
kedalam rumah dan mengantarku ke kamar yang akan aku tinggali saat libur ini.
Kamarku berada di sebuah ruangan tersendiri yang tidak bersambung dengan rumah
Bibi. Di depan kamarku adalah sebuah kolam ikan dan taman milik Bibi dan di
belangnya ada sebuah gudang yang sangat rapi. Kulihat gudang itu. Pandanganku
langsung tertuju pada sebuah sepeda berwarna biru muda yang ada di pojok gudang
itu. Sepedaku.
“Miko! Miko!” teriak Bibi
memanggilku
“Kamu di sini rupanya. Itu
sepedamu, kan?” kata Bibi.
“Ehm, iya. Dulu aku membeli
sepeda itu.tapi terlalu besar dan aku tidak bisa menaikinya,” jawabku.
“dan pamanmu membawa pulang
sepeda itu karena kamu tinggalkan di rumahmu saat kamu pindah. Dan sekarang
tidak kebesaran kan? Jadi, mau belikan Bibi sekotak telur di Minimarket?”
“Eh, ya sudah. Sekalaian aku berjalan-jalan,”
jawabku. Dan aku langsung mengambil sepedaku dan sedikit ku bersihkan lalu aku
langsung mengayuhan sepedaku.
Saat aku mengayuh
sepedaku sekitar 200 m, aku baru sadar. Aku tidak tahu dimana letak
Minimarket-nya. Kulihat seorang anak yang sedang berjalan. Anak laki-laki. Aku-pun
bertanya kepadanya, “maaf, minimarket letaknya dimana ya?”
Dengan muka
angkuh dan tidak memperhatikanku, dia berkata, “Lurus terus.”
“Terima kasih,”
jawabku datar. Karena aku tersinggung dengan sikapnya.
Woah…. Benar-benar
anak yang sangat menyebalkan. Aku terus memikirkan anak itu
sampai aku tidak memperhatikan jalan dan akhirnya sepedaku menyandung
batu dan aku langsung kehilangan keseimbangan. Dan akhirnya menubruk seorang
anak. Dan kami terjatuh.